Polisitemia vera
SAKIT YANG MEMBAWA NIKMAT DARI ALLAH TAāALA
Publikasi: Selasa, 15 November 2016
SAKIT YANG MEMBAWA NIKMAT DARI ALLAH TA'ALA
Bismillaahā¦
Saya dilahirkan di Jakarta, 11 Juli 1996. Saya terlahir dari keluarga Arab. Abi saya keturunan Arabā¦sementara Bunda saya berasal dari Yaman dan Turkey.
Alhamdulillahā¦saya lahir normal.
Saya bersekolah dari TKā¦SDā¦SMPā¦SMA di Al Azhar Pusat.
Tibalah musibah dan ujian dari Allah untuk saya.
Waktu kelas 5 SDā¦saya sering lemasā¦kalau capek. Kadang sampai membuat saya sesak nafas. Saya berobat juga di MMC.
Tapi Abi membawa saya berobat ke Singapore ke Mount Elizabeth Medical Center.
Setelah melalui beberapa kali test di laboratoriumā¦dan saya juga dirawat disanaā¦akhirnya Dr. Ronald Paul Ngā¦mendiagnosa penyakit sayaā¦bahwasaya menderita POLISITEMIA VERAā¦Pengentalan Darahā¦sudah level 2.
Saya bingung melihat Abi menangis sambil memeluk saya.
Sejak saat ituā¦saya sering masuk dan keluar MMC. Karena saya sering lemasā¦sesak nafas. Gejalanya sama persis dengan Bunda.
Waktu berlalu dengan cepat.Di kelas 7 SMPā¦..saya drop. Lama saya dirawat di Mount Eli. Dan Dr. Ronald memvonis penyakit sayaā¦yang sudah naik ke level 3ā¦level tertinggi.
Saya sekarang menderita POLISITEMIA SEKUNDER.
Karena tulang sum sum saya terlalu banyak memproduksi butiran sel darah merah. Walaupun saya sudah minum obat Warfarin tiap hariā¦tapi tetap tak bisa dibendung.
Semua itu mengubah jalan hidup saya.
Saya merasa umur saya akan seperti Bunda rahimahallah. Bunda saya meninggal di usia mudaā¦31 th. Sebelumnya sempat koma 3 bulan di Mount Eli.
Dan pada tgl 27 September 2002ā¦hari Jumat jam 7.00 pagi waktu Singaporeā¦Bunda saya dipanggil sama Allahā¦tanpa ada kata pesan apapun buat saya dan Abi.
Saya yang baru berumur 6 th waktu ituā¦hanya bisa menangisā¦menangis selama sebulan.
Sekarang semua kenangan itu terulang kembali di benak saya.
Akankah hidup saya seperti Bundaā¦meninggal di usia muda???
Saya mulai rajin belajar mengaji. Dari usia 3 thā¦saya sudah belajar shalat. Diusia 5 thā¦saya sudah mengaji Al Quran. Guru mengaji sayaā¦ibu ustadzah Khasanah Hamdaniā¦. beliau lulusan LIPIA.
Sampai akhirnya saya belajar menghafal beberapa surat yang ada di Al Quran. Seperti surat Al Kahfiā¦Ar Rahmanā¦Yasinā¦Maryamā¦juz Amma⦠Al Waqiāah⦠Al Muzammil⦠dan beberapa surat bagus lainnya yang dipilih sana ibu Khasanah.
Sekarang saya sudah berusia 19 th. Saya masih menderita Polisitemia Sekunder.
Saya sudah 9x dropā¦dan semua dirawat di Mount Eli.
Saya masih bisa kuliah di Tehnik Bioproses UIā¦sekarang semester 7.
Allah masih memberi saya nafas.
Selama 3 th terakhir iniā¦Dr. Ronald memvonis sayaā¦kalau sisa umur saya tinggal 5 ā 8 th lagi.
Sejak itulah saya niat untuk mengafal Al Quran 30 juz.
Saya bilang ke guru mengaji sayaā¦tentang niat saya ini. Dan beliau sangat mensupport sayaā¦serta bersedia membimbing saya.
Mulailah saya menghafal juz 28. Alhamdulillahā¦juz 30 dan 29ā¦saya sudah hafal.
Metode saya mengafal sangat simpel. 1 ayat diulang 20x.
Saya setoran ke guru mengaji tiap habis Maghrib sampai jam 20.00. Itu tiap hari. Kecuali hari Sabtu dan Mingguā¦saya mengaji dari jam 8.30 pagi sampai selesai shalat Dzuhur.
Sampai sekarangā¦Alhamdulillahā¦saya sudah menghafal 16 juzā¦.selama 1,5 th lebih.
Saya merasa belum punya banyak amal yang bisa menjadi bekal buat saya kelak.
Saya hanya ingin membawa hafalan Quran saya untuk Allah.
Saya juga selalu puasa Senin Kamisā¦dari SMP. Dan shalat tahajjud juga dari SMP.
Dulu saya shalat tahajjud pakai weker. Saya shalat hanya 2 rakaat saja ditambah witir 3 rakaatā¦disambung dengan mengaji mulai dari 1 juz sampai bisa 3 juz.
Karena selalu Istiqomahā¦akhirnya Allah memberi banyak niat dalam hidup saya.
Tiap bangun untuk shalat tahajjudā¦tidak perlu weker lagi. Allah membangunkan saya selalu dengan cara yang sama. Saya selalu merasa ingin pipis di jam 02.00ā¦
Akhirnya saya bangun dan berwudhu.
Kalau kita dekat sama Allahā¦banyak cara Allah memberi kita nikmat yang lebih besar lagi.
Sesakit apapun sayaā¦entah lagi dirawatā¦atau terbaring dikamar dirumah sayaā¦kalau untuk shalat tahajjud dan mengajiā¦entah kenapaā¦Allah memberi saya kekuatan. Saya kuatā¦dan bisa beribadah tiap malam. Rasa sakit itu hilang. Tapi begitu selesai shalat Subuhā¦saya lemas kembali.
Itulah yang membuat saya merasaā¦disayang Allah. Kesempatan beribadah untuk saya itu luas. Sehabis shalat sunnah dan shalat fardhu punā¦saya bisa mengajiā¦minimal 1 juz. Dan Alhamdulillahā¦itu terjadi sampai detik ini. Saya masih bisa melakukannya dengan istiqomah.
Saya tidak menghitung tentang Khatam Quran nya saya. Saya juga tidak pakai target. Yang saya tahuā¦saya menghafalā¦shalatā¦mengajiā¦semua untuk Allahā¦mencari ridhaNya Allah.
Saya juga selalu berdoaā¦kalau Engkau memanggilku Ya Allahā¦jemputlah aku dalam keadaan sedang bersujud kepadamuā¦atau sedang melantunkan ayat-ayatMu Ya Allah.
Hanya ini doa saya.
Sekarang saya hanya memohon untuk diberi kesempatan bisa selesai menghafal Al Quran. Karena waktu saya belum tentu banyakā¦belum tentu panjang.
Kalau lagi dropā¦saya sesak nafas dan harus bernafas dengan bantuan Oksigen. Karena suplai darah ke otak berkurang
sehingga Oksigen pun berkurang drastis. Saya jadi sesak nafas.
Dirumahā¦dibeberapa ruangan ada tabung Oksigen yang dipersiapkan Abi untuk saya. Juga di mobil.
Sekarang saya sering therapy di Mount Eli tiap 1x sebulan. Therapy Radioaktif Fosfor P-32ā¦untuk menurunkan produksi butiran sel darah merah saya. Juga untuk menurunkan level penyakit saya. Tapi Allah belum ridha untuk itu.
Saya masih di level 3. Mungkin kalau saya sembuhā¦Allah takut saya lalai dari shalat tahajjudā¦mengaji dan menghafal. Jadi Allah belum memberi kesembuhan buat saya.
Hanya nikmat beribadah saja yang masih tetap ada sampai saat ini.
Saya ikhlas dan ridha dengan apapun keputusan Allah untuk sayaā¦apapun ituā¦sudah menjadi taqdir Allah untuk saya.
Saya juga ikhlasā¦tidak bisa menikahā¦karena penderita PS tidak bisa hamil.
Bunda rahimahallahā¦sebelum melahirkan sayaā¦pernah keguguran 3x. Bunda bersaudara br10ā¦dan semua meninggal di usia mudaā¦karena Polisitemia Sekunder (PS).
Saya tidak pernah menyesali kenapa saya terlahir dari seorang ibu yang menderita PS. Itu sudah ketentuan Allah buat saya.
Allah memberi saya penyakitā¦Allah pula yang memberi saya amat banyak nikmat dalam hidup saya.
Saya mensyukuri semuanya. Saya ingin menjadi perempuan shalihah untuk Allah. Saya ingin menjadi anak perempuan yang bisa membuat Bunda rahimahallah dan Abi bangga dengan saya.
Walaupun saya anak tunggalā¦tapi saya tidak manja. Apa yang saya dapat dari Abiā¦itu hanya titipan. Allah kasih rezeki yang tidak putus-putusnya ke
Abiā¦untuk biaya berobat saya tiap kali saya sakit.
Semua itu Allah kasih sebagai bonus dari hafalan Quranā¦shalat tahajjudā¦dan mengajinya saya tiap hari.
Makin banyak kita beribadah pada Allahā¦makin sayang Allah pada kitaā¦dan makin banyak nikmat yang Allah beri untuk kita dalam kehidupan ini.
Bagaimanapun keadaan dan kondisi kitaā¦tetaplah ingat Allah di setiap tarikan nafas ini. Jangan berpaling dariNya.
Insya Allahā¦kita bisa mendapat ridhaNya Allah dan bisa masuk ke JannahNya Allah kelakā¦
Aamiin Allahumma Aamiinā¦
Semoga sharing kisah hidup saya ini bisa memberi motivasi untuk kita semuaā¦bahwa Allah akan selalu sayang dan dekat dengan hambaNyaā¦bila kita selalu istiqomah beribadah kepadaNyaā¦baik dalam keadaan sehat maupun sakit.
Minggu 9 Robiuāul Awal 1437 H / 20 Desember 2015 M. Menjelang waktu dhuha oleh A. Az-Zahra Basalamahā¦
Sahabat Radio Taman Hidayah, Terkadang kita lalai dan lupa akan TAMU yang selalu mengintai kita. Terkadang kita terlalu sibuk untuk sesuatu yang tidak berguna, terbuai oleh rayuan dunia yang fana dan kenikmatan yang sesaat dan melupakan kenikmatan yang abadi di dunia dan di akhirat. Sebenarnya hanya soal waktu, TAMU itu akan menjumpai setiap diri kita. Ya, dialah KEMATIAN.
Marilah kita mempersiapkan diri kita untuk TAMU tersebut. Semoga Allah memberikan keistiqomahan dan akhir yang baik dalam perjalanan hidup kita (Husnul Khatimah). Aamiin.
Sumber : sahabatmuslim.
Comments